Friday, July 6, 2007

Juju dan Pepen

Hallo semua yang kebetulan singgah di blog-ku. kali ini aku mo ceritain sebuah kejadian, which perhaps this's ain't no special but quit impressing me. Sekedar sharing pengalaman.


Seperti judul yang tertulis di atas, ini cerita tentang dua orang itu, Juju dan Pepen.

Juju adalah temenku, kami seangkatan. Hari itu dia nganter pepen, adiknya, untuk mendaftar di SMUN 3 Cimahi. Awalnya biasa saja, seperti yang lainnya. Mereka telah mempersiapkan segala kerperluan untuk pendaftaran sebelumnya, hingga hari pendaftaran tiba. Pagi2 mereka berangkat untuk mendaftar di SMUN 3 Cimahi.

O iya, aku blm cerita, juju dan pepen adalah tunanetra sejak kecil. Besar di lingkungan salah satu Panti Bina Netra di Cimahi. Juju sudah lama keluar dari lingkungan SLB (Sekolah Luar Biasa), sekarang dia adalah Mahasiswa salah satu PTN di Bandung. Dulu dia menjalani pendidikan di SMUN 1 Cimahi, karena kebetulan SLB yang mereka tempati hanya menyelenggarakan pendidikan formal sampai SMP, sehingga para civitas akademika di sana harus menjelajah ke luar SLB untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

Sekarang giliran adiknya, Pepen, yang akan mengikuti jejaknya. Dia ingin melanjutkan Sekolah di SMU(Negeri). SLB tempat mereka berdua mendapatkan pendidikan dasar itu sangat bagus (menurut sy =red). Mereka menerapkan pendidikan inklusi, di mana mereka tidak membeda-bedakan pelayanan pendidikan terhadap anak yang berkebutuhan khusus dengan yang bukan, dengan kata lain, di dalam satu kelas terdapat siswa dengan ketunaan dan siswa dengan ketidak-tunaan. Tentunya dengan sistem pendidikan yang dirancang khusus pula. Sayang, entah kenapa mereka hanya menyelenggarakan pendidikan sampai jenjang SMP. Kebetulan Pepen lulus dengan Nilai rata-rata yang bagus, cukup bagus untuk sekedar memenuhi syarat masuk. Mereka berdua sangat optimis bisa diterima.

Di hari pendaftaran mereka pun ikut antrian seperti yang lainnya. Sempat menukarkan map tempat ijazah mereka karena salah memilih warna yang ditetapkan oleh pihak sekolah, but, that's no big deal. Akhirnya mereka tiba di loket. Berharap mendapatkan pelayanan sebagaimana mestinya. Ternyata tidak. Apa yang mereka khawatirkan di hari2 sebelumnya ternyata menjadi kenyataan. Mereka ditolak untuk mendaftar, dengan alasan sekolah tidak dapat menerima siswa dengan kebutuhan khusus (ketunaan -maap,red). Ternyata dunia pendidikan belum berubah.

Memang si, Panitia tidak secara mutlak berkata demikian, mereka menyampaikan bahwa untuk mendaftar harus ada rekomendasi dari dinas Pendidikan Kota Cimahi, sebuah keterangan yang diada-adakan dan sayangnya tidak banyak orang yang tau klo itu hanya akal2an pihak sekolah saja. Keterangan ini biasa digunakan untuk menggertak agar si anak atau orangtua tidak jadi memasukkan anaknya ke sekolah itu. Bukan sebuah kerja yang sulit. Kita tau kondisi birokrasi negara kita seperti apa, sepertinya sudah memberikan trauma tersendiri buat kita untuk berurusan dengannya. Sebuah kombinasi yang tepat antara kemalasan (pihak sekolah) dalam memberikan pelayanan lebih dan kesemrawutan (birokrasi) yang akan dengan sangat mudah meruntuhkan semangat generasi penerus bangsa!

Nah, di sinilah serunya. Si Juju dan adiknya ngga patah semangat. Mereka langsung menuju kantor Pemkot (Pemerintah Kota Cimahi -red). Yang dituju pun bukan sembarang orang, ketua Diknas! Oia, mereka berdua ini aseli keturunan Palembang. Sejak kecil terbiasa melakukan segalanya sendiri, lepas dari orang tua, what a great habbit, termasuk saat mereka harus menembus rintangan berat yang mungkin akan sangat berpengaruh terhadap masa depannya seperti saat itu.

Dasar mujur! Orang no 1 di dinas pendidikan yang biasanya super sibuk itu sedang ada di tempat. Langsung saja juju dan pepen beliau terima.

O ia, ada yang kelewat. Bulan september 2006 lalu juju jadi ketua panitia sebuah seminar yang bertemakan pendidikan inklusi, di cimahi. Yang terlibat di kepanitian waktu itu ngga terlalu banyak, sedikit bahkan. Juju seorang, dibantu beberapa teman yang tambal sulam aktivitasnya, kadang ada kadang hilang waktu diperlukan. Seminar waktu itu menghadirkan para praktisi pendidikan termasuk beberapa dosen UPI. Rencananya si mengundang rektornya, mengingat beliau merupakan salah satu tokoh kunci tema ini, sangat relevan dan berkompeten, sayang beliaunya berhalangan hadir. Akhirnya Seminar ini diisi oleh ... Yang diundang adalah seluruh guru dan kepala sekolah, dari TK sampai SMA se-kota Cimahi raya. ..... bersambung.




No comments: